Sejarah Akuntansi di Indonesia dan Dunia serta Perkembanganya - Kampus IBI-K57

Breaking

PRODI AKUNTANSI IBI-K57 TERAKREDITASI B

Minggu, 29 April 2018

Sejarah Akuntansi di Indonesia dan Dunia serta Perkembanganya

Sejarah Akuntansi di Indonesia dan Dunia serta Perkembanganya

 

Sejarah Akuntansi Dunia


Para ahli Ekonomi berpendapat bahwa akuntansi sudah ada sejak dahulu yaitu ketika manusia melakukan transaksi dengan menggunakan uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pada tahun 1494 muncul buku berjudul “Summa de Aritmatica, Geometrica Proportioni et Propotionalita” karya dari Lucas Pacioli. Isi bukunya terdapat bab yang berjudul “Tractatus de Computies et Scriptoris” yang mengajarkan sistem pembukuan berpasangan atau sering disebut dengan sistem kontinental.
Pengertian Sistem berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke dalam dua bagian yakni debet dan kredit. Kedua bagian ini diatur sedemikian rupa agar selalu seimbang. Dari sistem ini maka menghasilkan pembukuan yang sistematis dan laporan keuangan yang terpadu karena bisa menggambarkan tentang laba rugi, kekayaan serta hak pemilik perusahaan.
Perkembangan sistem akuntansi kemudian diberi nama sesuai dengan nama orang yang mengembangkannya atau dari nama negaranya masing-masing.
Contohnya sistem Amerika Serikat (sistem Anglo Saxon) dan sistem Belanda  (Sistem Contitental).
Kemudian pada abad sekarang ini sistem akuntansi yang paling banyak digunakan yaitu Sistem Anglo Saxon dikarenakan sistem ini dapat mencatat berbagai macam transaksi, dibandingkan sistem lainnya yang cukup sulit digunakan karena memisahkan antara pembukuan dengan akuntansi. Sedangkan pada sistem Anglo Saxon pembukuan merupakan bagian dari Akuntansi.


Sejarah Akuntansi Di Indonesia


sejarah akuntansi di indonesia
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri melalui sejarah perkembangan akuntansi ketika era penjajahan Belanda, sekitar pada tahun 1642. Rekam jejak yang bisa menjelaskan terkait dengan praktik akuntansi di Indonesia ditemukan sekitar tahun 1747 ketika ditemukan praktik pembukuan yang dijalankan oleh Amphioen Societeit yang berpusat di Jakarta. Di era penjajahan Belanda menerapkan pembukuan dengan sistem pembukuan berpasangan (double entry bookeping) sesuai dengan praktek yang dibangun Lucas Paciolo.
Dan pada tahun 1907 di Indonesia diperkenalkan sistem pemeriksaan (auditing) untuk menyusun serta mengontrol pembukuan perusahaan. namun sistem ini belum bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia sampai masa penjajahan berakhir.
Di indonesia pada awalnya menganut sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh Belanda. Padahal sebenarnya, sistem kontinental atau bisa juga disebut pembukuan tidak sama dengan akuntansi. Pengertian akuntansi lebih luas. Pembukuan (Bookkeeping) merupakan bagian atau elemen prosedural dari akuntansi. Perbedaan antara pembukuan dengan akuntansi adalah:
Pembukuan merupakan aktivitas proses akuntansi meliputi pencatatan, pengelompokan serta kegiatan lain yang bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berdasar pada data.
Akuntansi merupakan aktivitas analisa dan inteprestasi berdasarkan pada data informasi akuntansi.
Semakin berkembanganya sistem pembukuan dan akuntansi, Indonesia Seiring dengan perkembangan, pembukuan kemudian ditinggalkan. Di Indonesia, perusahaan kemudian banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon yang asalnya dari Amerika. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa kondisi
  • Tahun 1957, Terjadi peristiwa konfrontasi Irian Barat yang melibatkan negara Indonesia dan Belanda sehingga berakibat seluruh pelajar Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda ditarik kembali dan dapat melanjutkan studinya kembali diberbagai negara, termasuk diantaranya Amerika Serikat.
  • Orang orang yang memiliki peran dalam perkembangan akuntansi di Indonesia sebagian besar menyelesaikan pendidikannya di Amerika yang kemudian membawa sistem akuntansi Anglo Saxon untuk diterapkan di Indonesia. Dan pada akhirnya sistem ini mendominasi penggunaannya dibandingkan sistem akuntansi kontinental di Indonesia.
  • Penanaman Modal Asing atau PMA memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan akuntansi khususnya sistem akuntansi Anglo Saxon.
Pada era sekarang ini Akuntansi sudah sangat pesat berkembang dan mendapat perhatian khusus dari suatu bisnis serta keuangan global. Segala keputusan yang bersumber dari informasi akuntansi, serta pengetahuan terkait isu-isu dalam akuntansi internasional bahkan menjadi hal yang penting untuk mendapatkan intepretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis internasional.


Perkembangan Pendidikan Akuntansi DI Indonesia


Kesempatan bagi akuntan lokal Indonesia mulai muncul pada tahun 1942-1945 ketika Belanda mundur dari Indonesia, dan sampai pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Abutari.
Upaya nasionalisasi perusahaan yang dimiliki Belanda oleh pemerintahan Indonesia dan pindahnya orang-orang Belanda saat tahun 1958 mengakibatkan kelangkaan akuntan dan tenaga ahli di Indonesia. Pada akhirnya Indonesia menerapkan sistem akuntansi model Amerika, dan pada kenyataannya praktik akuntansi Model Amerika cukup mudah berbaur dengan akuntansi Model Belanda khususnya di lembaga pemerintah.
Terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah institusi pendidikan tinggi yang menyediakan pendidikan akuntansi misalnya:
  • Jurusan Akuntansi di Universitas Indonesia th 1952
  • Institut Ilmu Keuangan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara – STAN th 1990
  • Univeritas Sumatra Utara pada th 1960
  • Universitas Pajajaran pada th 1960
  • Universitas Airlangga pada th 1960
  • Universitas Gajah Mada pada th 1964

Masalah Laporan Keuangan


Pada awal tahun 1990-an, mulai muncul skandal pelaporan keuangan yang dapat mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor, sehingga pemerintah mendapat tekanan untuk segera mengatasi dan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan.
Kejadian kasus yang cukup menggegerkan adalah kasus Bank Duta. Bank Duta Go Public pada tahun 1990, namun dianggap gagal dalam mengungkapkan kerugian yang terjadi. Bank Duta juga tidak menginformasikan semua informasi kepada auditornya tentang masalah tersebut. Sialnya lagi, auditor Bank Duta ternyata mengeluarkan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bagi organisasi bisnis tersebut.
Bagi pemerintah Indonesia, kualitas pelaporan keuangan harus segera diperbaiki apabila menginginkan dapat memobilisasi aliran investasi jangka panjang.
Kemudian, jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 menambah deretan persoalan keuangan yang harus diselesaikan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan sampai awal 1998, kebangkrutan massal, collapsenya sistem perbankan, meningkatnya inflasi dan pengangguran yang tak terkendali memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF untuk melakukan negosiasi terkkait berbagai paket penyelamat yang ditawarkan IMF.
Pada masa ini, kesalahan secara tidak langsung diduga pada buruknya praktik akuntansi serta rendahnya kualitas keterbukaan informasi (transparansi).
Berbagai persoalan tersebut telah mendorong pemerintah serta badan yang berwenang untuk mengeluarkan kebijakan terkait regulasi laporan keuangan diantaranya:
  • Pada September 1994, pemerintah melalui IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) mengadopsi seperangkat standar akuntansi keuangan (PSAK).
  • Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan proyek Pengembangan Akuntansi yang bertujuan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan melatih profesi akuntansi.
  • Pada tahun 1995, pemerintah menetapkan berbagai aturan berkaitan dengan akuntansi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.
  • Pada tahun 1995 pemerintah memasukkan kedalam Undang-Undang Pasar Modal tentang aspek akuntansi/pelaporan keuangan.

 

Tidak ada komentar: